sejarah bulukumba
Kabupaten kelahiran aku yang mempunyai berbagai keunikan di dalamnya.
1. Nama
Resmi : Kabupaten Bulukumba
2. Ibukota
: Bulukumba
3. Provinsi
: Sulawesi Selatan
4. Batas
Wilayah : Utara: Kab.Sinjai, Selatan: Laut Flores, Barat: Kab. Bantaeng, Timur:
Teluk Bone
5. Luas
Wilayah : 1.284,63 Km2
6. Jumlah
Penduduk : 474.633 Jiwa
7. Jumlah
Kecamatan: 10, Kelurahan: 27, Desa: 99
(Permendagri
No.66 Tahun 2011)
Sejarah
Mitologi penamaan
"Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu
"Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti
"masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".
Mitos ini pertama
kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua
kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir
pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan
Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah
pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki'
(secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari
Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah
kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak
Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah
kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Berawal dari
peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis
"Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami
perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Konon sejak
itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah
kabupaten.
Peresmian
Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–Undang
Nomor 29 Tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun
1978, tentang Lambang Daerah.
Akhirnya setelah
dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr.
H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi
Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah
Nomor 13 Tahun 1994.
Secara yuridis
formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan
Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4
Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan Bupati pertama, yaitu Andi
Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
Arti Logo Perisai
Persegi Lima. Melambangkan sikap batin masyarakat Bulukumba yang teguh
mempertahankan pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Padi dan Jagung.
Melambangkan mata pencaharian utama dan merupakan makanan pokok masyarakat
Bulukumba. Bulir Padi sejumlah 17 bulir melambangkan tanggal 17 sebagai tanggal
kemerdekaan RI. Daun Jagung sejumlah 8 menandakan bulan Agustus sebagai bulan
kemerdekaan RI. Kelopak buah jagung berjumlah 4 dan bunga buah jagung berjumlah
5 menandakan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan RI.
Perahu Phinisi. Sebagai
salah satu mahakarya ciri khas masyarakat Bulukumba, yang dikenal sebagai
"Butta Panrita Lopi" atau daerah bermukimnya orang yang ahli dalam
membuat perahu.
Layar perahu
phinisi berjumlah 7 buah. Melambangkan jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Bulukumba.
(Saat logo tersebut dibuat, Kabupaten Bulukumba memang hanya terbagi atas
tujuh, tetapi sekarang sudah dimekarkan menjadi 10 kecamatan. Ke depan, bukan
tidak mungkin Bulukumba masih akan dimekarkan dengan beberapa kecamatan, atau
bahkan bisa jadi dimekarkan menjadi dua atau beberapa kabupaten).
Tulisan aksara
lontara di sisi perahu "Mali Siparappe, Tallang Sipahua".
Mencerminkan perpaduan dari dua dialeg bugis makassar yang m elambangkan
persatuan dan kesatuan dua suku besar yang ada di Kabupaten Bulukumba.
Warna Dasar Biru.
Mencerminkan bahwa Kabupaten Bulukumba merupakan daerah maritim.
Nilai Budaya
Dari sisi budaya,
Bulukumba telah tampil menjadi sebuah "Legenda modern" dalam kancah
percaturan kebudayaan nasional, melalui industri budaya dalam bentuk perahu,
baik itu perahu jenis phinisi, padewakkang, lambo, pajala, maupun jenis
lepa–lepa yang telah berhasil mencuatkan nama Bulukumba di dunia Internasional.
Kata layar memiliki pemahaman terhadap adanya subjek yang bernama perahu
sebagai suatu refleksi kreativitas masyarakat Bulukumba.
Posting Komentar